Powered By Blogger

Jumat, 17 Juni 2016

Serial Upin Ipin dan Pengaruhnya terhadap Bahasa Anak

Siapa yang tidak tau Upin Ipin?, Pasti semua tau dengan sikembar gundul nan lucu ini, cerita yang di tampilkan bagus -bagus dan banyak yang memdidik mulai dari muatan pengetahuan, sikap dan moral sebagai contoh cerita yang bertema suku pedalaman hukuman yang diberikan berupa gelitik, saat adegan pertengkaran tidak ada pertengkaran fisik tetapi dengan bermain pantun atau tebak-tebakan (seri manusia batu) juga tentang menghormati keberagaman,kerjasama dan lain sebagainya
Serial Upin Ipin ini berasal dari Malaysia dan laris manis di tayangkan di berbagai negara di Asia seperti Singapura, Turki dan Indonesia.

Upin & Ipin dibuat oleh Mohd. Nizam Abdul Razak, Mohd. Safwan Abdul Karim, dan Usamah Zaid, para pemilik Les' Copaque. Ketiganya merupakan bekas mahasiswa dari Multimedia University Malaysia yang awalnya bekerja sebagai pekerja di sebuah organisasi animasi

Upin dan Ipin merupakan sepasang kakak-beradik kembar berusia belia yang tinggal bersama Kak Ros dan Mak Uda (biasa dipanggil Opah) di Kampung Durian Runtuh setelah kematian kedua orangtua mereka sewaktu masih bayi. Upin dan Ipin bersekolah di Tadika Mesra yang terletak dalam kawasan kampung, di mana mereka berteman dengan banyak teman yang bermacam-macam tingkah lakunya, seperti Mei Mei yang imut dan berkepribadian cerdas, Jarjit Singh yang gemar membuat humor dan membuat pantun, Ehsan yang cerewet dan suka makan, Fizi (sepupu Ehsan) yang penuh keyakinan diri tetapi suka mengejek orang lain, dan Mail yang berkemampuan untuk berjualan, suka melamun dan mengantuk karena ia berjualan ayam semalaman dan pandai berhitung. Kampung Durian Runtuh juga didatangi oleh seorang gadis bernama Susanti yang merupakan pindahan dari Jakarta, Indonesia.

Untuk di indonesia yang saya lihat tayang di MNCTV setiap hari di jam 11.30 WIB dan 17.30 WIB, dan tiap episode sering diulang-ulang sampai anak-anak yang menyaksikan kadang-kadang sampai apal di luar kepala. Nah Selain dampak positif pasti ada dampak negatifnya juga menurut saya karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Malaysia, dampaknya anak-anak menirukan ucapan dan logat Upin-Ipin seperti :
tak nak
iye le
nak pegi
tak patut-tak patut
dan yang lannya (maaf sy krg bisa bhs malaysia ni, jadi maaf kl salah ketik )

karena pemirsanya rata-rata usia 10 th kebawah terutama anak usia PAUD dan TK apalagi yang belum sekolah jika dirumah mengunakan bahasa daerahnya maka selain bahasa daerah itu biasanya yang dikuasainya adalah bahasa malaysia.
yang lucu saat anak-anak kecil itu berkumpul mereka bicara dengan logat upin -ipin saya yang mendengar serasa berada di negeri tetanga.kondisi ini biasanya berlangsung hingga TK A saat TK B sudah muali berkurang karena bahasa pengantar di sekolahnya adalah bahasa Indonesia dan cukup lama berinteraksi dengan guru dan teman-teman mengunakan bahasa indonesia.

Jadi menurut saya alangkah baiknya jika upin ipin ini karena tayang di Indonesia ya bahasanya di indonesiakan. untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia sejak dini.